Jakarta, Kompas - Pancasila masih dibutuhkan bangsa Indonesia. Namun, Pancasila saat ini cenderung hanya menjadi ideologi simbol dan belum menjadi ideologi yang bekerja.
”Pancasila merupakan jawaban atas pluralisme. Ini makna penting Pancasila dalam proses transformasi bangsa Indonesia saat ini,” kata sosiolog dari Universitas Airlangga, Surabaya, Daniel Sparringa, Jumat (29/8), saat dihubungi dari Jakarta.
Arti penting Pancasila tersebut, lanjut dia, sama dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan jawaban atas faham multikulturalisme.
Namun, Pancasila saat ini cenderung hanya menjadi simbol ideologi. Ini karena ideologi yang mengiringi kelahirannya sekarang sudah tak berkembang. Kelima sila di Pancasila sebenarnya menggambarkan lima ideologi yang berkembang pada tahun 1940-an.
”Ironisnya, setelah 60 tahun, dari kelima ideologi itu, sekarang tidak ada yang berkembang pesat. Yang sekarang dominan justru kapitalisme atau liberalisme, faham yang sebenarnya banyak ditentang oleh para pendiri bangsa,” kata Daniel.
Sementara itu, dalam peluncuran buku Agus Sudono dalam Kancah Politik: Kerjasama Sipil dan MiIiter, Ambil alih Perusahaan-perusahaan Belanda dan Munculnya Gagasan Dwifungsi ABRI, pengamat politik dari Universitas Indonesia, Fachry Ali, mengatakan, kondisi saat ini berbeda dengan pengalaman kolektif bangsa Indonesia.
”Para pendiri bangsa menggali Pancasila dari model bangsa yang guyub. Namun, model itu sekarang sudah diganti dengan pasar bebas, liberalisme. Ini yang sekarang memunculkan sejumlah masalah bangsa,” ucap Fachry. (NWO)
[ Kembali ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar